Perempuan di Dunia yang Tertutup
Dalam ruang-ruang yang selama ini dianggap sunyi dan eksklusif—ruang di mana data rahasia, analisis ancaman, dan strategi negara dirancang—jarang ada nama perempuan yang muncul di garis depan. Dunia intelijen, selama puluhan tahun, identik dengan struktur maskulin, ketegasan, dan pendekatan militeristik. Namun, kehadiran Stepi Anriani mengubah peta itu.
Ia bukan hanya seorang perempuan yang berani masuk ke wilayah yang jarang disentuh oleh kaumnya, tetapi juga menghadirkan cara pandang baru: bahwa intelijen tidak semata tentang keamanan, melainkan juga tentang kemanusiaan.
Langkah Awal yang Menembus Batas
Kisah Stepi dimulai jauh sebelum ia dikenal publik sebagai ahli intelijen strategis. Saat masih menjadi mahasiswa Ilmu Pemerintahan di Universitas Padjadjaran, ia memilih topik skripsi yang membuat dosen pembimbingnya tertegun: “Pembangunan dan Politik Pertahanan di Wilayah Perbatasan Papua.”
Bukan topik populer, apalagi mudah. Papua saat itu masih menjadi wilayah dengan tingkat konflik dan sensitifitas politik tinggi. Namun, Stepi justru melihatnya sebagai medan belajar nyata tentang bangsa dan kemanusiaan.
Dengan tabungan pribadi, ia berangkat ke Jayapura, menembus perbatasan, dan hidup bersama masyarakat lokal. Dari sana, ia menyaksikan langsung bagaimana kebijakan pertahanan dan pembangunan menyentuh atau justru melukai kehidupan warga di perbatasan.
Belajar dari Papua: Intelijen yang Bernapas
Riset itu membuka matanya tentang wajah lain dari keamanan nasional. Ia menemukan bahwa keamanan tidak selalu bisa diukur dengan jumlah pasukan atau senjata, melainkan juga dengan tingkat kesejahteraan dan rasa keadilan warga negara.
Temuannya kemudian ia jadikan bahan penelitian yang kritis dan empatik—menyingkap luka sosial akibat sejarah panjang Pepera 1969, ketimpangan ekonomi, dan kurangnya akses layanan publik.
Ketekunannya berbuah Medali Emas Supersemar Award 2010, penghargaan yang mengukuhkannya sebagai peneliti muda yang berani menembus batas akademik dan geografis.
Dari Akademisi ke Dunia Strategis
Selepas studi, Stepi melanjutkan pendidikan pascasarjana di bidang intelijen strategis—sebuah keputusan yang jarang diambil oleh perempuan Indonesia.
Tahun 2014 hingga 2019, ia bergabung sebagai Staf Khusus di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Di sana, ia bukan hanya menjadi pelengkap administratif, tetapi berperan aktif dalam penyusunan analisis strategis, termasuk isu radikalisme, konflik sosial, dan keamanan ekonomi.
Stepi memperkenalkan pendekatan baru yang ia sebut sebagai “intelijen empatik”—yakni analisis keamanan yang mempertimbangkan faktor sosial, psikologis, dan kemanusiaan di balik data lapangan.
Intelijen Ekonomi: Pandangan yang Melampaui Militer
Salah satu gagasan terbesar Stepi adalah pentingnya intelijen ekonomi.
Menurutnya, ancaman terhadap negara tidak selalu datang dari peluru, teror, atau infiltrasi politik, tetapi juga dari ketergantungan ekonomi global, fluktuasi pasar, dan kebijakan luar negeri yang menekan kedaulatan ekonomi.
Bagi Stepi, Indonesia membutuhkan paradigma baru: pertahanan ekonomi nasional.
Ia menulis dan mempresentasikan pandangannya di berbagai forum strategis, menyatakan bahwa di era globalisasi, informasi ekonomi adalah senjata, dan bangsa yang tak mampu membaca peta ekonomi dunia akan kalah tanpa perang.
Mengubah Stereotip: Kepemimpinan Perempuan dalam Keamanan
Stepi bukan hanya menguasai teori, tetapi juga mempraktikkan gaya kepemimpinan yang berbeda.
Dalam dunia kerja yang keras dan sering penuh tekanan, ia dikenal tenang, analitis, dan penuh empati. Rekan-rekannya menyebutnya “pemimpin yang mampu memadukan logika dan hati.”
Ia menolak gaya kepemimpinan berbasis otoritas, memilih membangun kolaborasi dan kepercayaan tim.
Bagi Stepi, intelijen adalah seni membaca manusia, bukan sekadar membaca data.
Dan di situlah kekuatan perempuan berada—kemampuan untuk memahami emosi, membaca dinamika sosial, dan menjaga harmoni di tengah kompleksitas kebijakan.
Dosen, Peneliti, dan Penggerak Literasi
Di luar tugasnya di lembaga strategis, Stepi juga aktif mengajar di universitas dan lembaga pendidikan pertahanan. Ia mengembangkan kurikulum yang menekankan bahwa ilmu intelijen tidak boleh berhenti di ruang tertutup, melainkan harus menjadi bagian dari literasi publik.
Ia sering berbicara di seminar nasional, mendorong mahasiswa untuk melihat isu keamanan dari sudut pandang manusia, bukan kekuasaan.
Selain itu, ia mendirikan rumah baca dan forum diskusi di daerah-daerah, bahkan menginisiasi kedai kopi yang menjadi tempat pertemuan mahasiswa, peneliti, dan aktivis muda untuk berdiskusi soal kebijakan publik dan nasionalisme.
Warisan Pemikiran dan Dampak Nyata
Pemikiran Stepi kini menjadi inspirasi bagi banyak perempuan muda Indonesia. Ia menunjukkan bahwa karier di dunia strategis tidak hanya bisa ditempuh oleh mereka yang berlatar militer atau politik, tetapi juga oleh mereka yang memiliki visi, moral, dan rasa ingin tahu yang besar terhadap bangsanya.
Ia menegaskan bahwa perempuan bukan hanya pelengkap dalam dunia kebijakan, tetapi penggerak ide dan inovasi.
Keberadaannya di dunia intelijen telah membuka jalan bagi generasi baru—baik laki-laki maupun perempuan—untuk berpikir kritis dan inklusif.
Refleksi dan Harapan ke Depan
Kini, di tengah tantangan geopolitik yang semakin kompleks—dari ancaman siber hingga ketegangan ekonomi global—pemikiran seperti yang dibangun oleh Stepi menjadi semakin relevan.
Ia selalu menekankan bahwa keamanan nasional harus bersifat inklusif dan lintas disiplin.
Tidak cukup hanya memahami militer atau politik, tapi juga ekonomi, teknologi, budaya, bahkan psikologi publik.
Stepi percaya, masa depan bangsa akan lebih aman jika warganya cerdas, berempati, dan memahami arti kedaulatan dalam konteks modern.
Nama yang Akan Dikenang
Dari ruang kelas di Bandung hingga forum kebijakan nasional, dari penelitian di Papua hingga kedai kopi di mana ide-ide muda tumbuh—jejak Stepi Anriani adalah kisah tentang keberanian berpikir dan bertindak.
Ia adalah bukti bahwa perempuan tidak hanya bisa masuk ke dunia intelijen, tetapi juga mengubah wajahnya.
Dengan kecerdasan strategis, empati sosial, dan dedikasi pada bangsa, Stepi menjadi simbol generasi baru intelijen Indonesia: cerdas, inklusif, dan berkarakter.
Komentar
Posting Komentar