Sang Pemikir Muda Stepi Anriani Meniti Karier dari Akademisi hingga Strategis Nasional

 


Awal Langkah Seorang Pemikir Muda

Setiap perjalanan besar dimulai dari keberanian mengambil langkah pertama.
Bagi Stepi Anriani, langkah itu dimulai di ruang kuliah Universitas Padjadjaran, ketika ia memutuskan menulis skripsi tentang politik pertahanan di wilayah perbatasan Papua — sebuah topik yang menantang, kompleks, dan jarang disentuh mahasiswa pada umumnya.
Di saat banyak mahasiswa memilih topik yang aman dan teoretis, Stepi justru memilih turun langsung ke lapangan, menelusuri daerah-daerah di sekitar Jayapura, mendengarkan kisah warga perbatasan, dan mencatat denyut sosial yang jarang terdengar di ruang akademik.

Keputusan itu bukan hanya menunjukkan keberaniannya, tapi juga menegaskan orientasi intelektualnya sejak dini: bahwa ilmu tidak boleh berhenti di buku. Ia ingin melihat bagaimana kebijakan negara berdampak langsung pada rakyat, terutama mereka yang hidup di wilayah terluar.

Penelitiannya di Papua memperlihatkan wajah lain dari keamanan nasional—wajah yang sarat dengan persoalan kemanusiaan. Ia menemukan bahwa konflik, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial sering kali menjadi bagian dari struktur politik yang lebih besar. Dari sanalah Stepi belajar, bahwa intelijen dan kebijakan negara harus memiliki nurani.

Pengakuan Awal dan Dedikasi Akademik

Atas dedikasi dan ketekunannya, Stepi menerima Medali Emas Supersemar Award 2010, penghargaan nasional untuk mahasiswa berprestasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menunjukkan keberanian dan inovasi dalam penelitian.
Bagi Stepi, penghargaan itu bukan akhir, melainkan awal dari tanggung jawab baru: bagaimana hasil risetnya bisa memberi dampak nyata bagi kebijakan publik.

Ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di bidang intelijen strategis—sebuah disiplin yang jarang ditempuh oleh perempuan Indonesia. Ia ingin memahami bagaimana kebijakan, informasi, dan strategi pertahanan bekerja secara sistematis dalam menjaga kepentingan nasional.

Langkah ini membawanya ke dunia baru—dunia yang selama ini identik dengan militer dan dominasi laki-laki.

Menembus Dunia Intelijen Strategis

Tahun 2014 menjadi titik balik penting dalam perjalanan karier Stepi. Ia bergabung sebagai Staf Khusus di Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS), sebuah lembaga penting dalam sistem keamanan nasional Indonesia.
Dalam posisinya itu, Stepi tidak hanya bertugas secara administratif, melainkan ikut merumuskan dan menganalisis berbagai isu strategis, seperti konflik sosial, terorisme, radikalisme, dan perubahan geopolitik internasional.

Ia dikenal sebagai analis yang mampu menggabungkan ketajaman logika dan empati sosial.
Baginya, intelijen tidak boleh semata-mata berorientasi pada keamanan negara secara formal, melainkan harus memahami kesejahteraan rakyat sebagai bagian dari keamanan nasional itu sendiri.

Dalam forum internal maupun publik, Stepi sering menegaskan pentingnya intelijen ekonomi — suatu pendekatan baru yang melihat ancaman bukan hanya dari kekuatan militer asing, tetapi juga dari tekanan ekonomi global.
Ia percaya bahwa di era modern, kedaulatan negara sangat ditentukan oleh kemampuan membaca arus ekonomi dunia dan mempersiapkan respons yang cerdas terhadap perubahan pasar global.

Kecerdasan Strategis dan Kepemimpinan Kolaboratif

Rekan-rekan kerjanya mengenal Stepi sebagai sosok yang berani berpikir di luar pakem.
Dalam rapat-rapat strategis, ia sering menyampaikan analisis yang tidak konvensional, mengaitkan isu keamanan dengan faktor sosial, budaya, bahkan psikologis masyarakat.
Ia menolak pendekatan yang terlalu keras dan represif, dan sebaliknya, menawarkan solusi berbasis dialog dan pembangunan sosial.

Sebagai perempuan di dunia yang maskulin, Stepi tidak pernah menggunakan identitas gendernya sebagai alasan untuk mendapat ruang. Ia justru membuktikan diri melalui kualitas berpikir dan etika kerja.
Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati tidak diukur dari kekuasaan, melainkan dari kemampuan mempengaruhi arah pemikiran dan kebijakan melalui argumentasi yang kuat.

Gaya kepemimpinannya yang kolaboratif membuat banyak rekan kerja merasa nyaman. Ia membuka ruang bagi perbedaan pendapat, dan mendorong generasi muda di lembaganya untuk terus belajar dan membaca.
“Pemimpin yang hebat bukan yang paling banyak bicara, tetapi yang paling banyak mendengar,” begitu salah satu kalimat yang sering ia ucapkan dalam forum internal.

Jembatan antara Akademisi dan Praktisi

Selain berkiprah di lembaga strategis, Stepi juga aktif di dunia akademik. Ia mengajar di beberapa institusi pendidikan tinggi dan lembaga pertahanan, serta menjadi pembicara dalam seminar nasional tentang keamanan nasional, deradikalisasi, dan politik luar negeri.

Perannya di dunia akademik menjadi penting karena ia mampu menjembatani teori dan praktik.
Ia mengubah cara pandang banyak mahasiswa terhadap dunia intelijen yang selama ini dianggap misterius. Bagi Stepi, intelijen bukan tentang rahasia negara, tetapi tentang kemampuan membaca tanda-tanda zaman—melihat pola di balik peristiwa dan memahami arah perubahan sosial.

Ia juga mengembangkan gagasan tentang pentingnya literasi keamanan nasional di kalangan masyarakat sipil.
Menurutnya, keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat, melainkan seluruh warga negara yang sadar akan tantangan bangsanya.

Inspirasi bagi Generasi Baru

Jejak Stepi kini menjadi sumber inspirasi bagi banyak generasi muda, khususnya perempuan.
Ia membuktikan bahwa karier di bidang keamanan dan intelijen tidak terbatas pada mereka yang memiliki latar militer.
Dengan intelektualitas, empati, dan semangat kebangsaan, siapa pun bisa berkontribusi membangun keamanan nasional.

Ia sering mengatakan bahwa perempuan memiliki keunggulan alami dalam membaca situasi, menilai risiko, dan menjaga harmoni sosial.
Bagi Stepi, inilah kekuatan yang perlu diintegrasikan ke dalam kebijakan strategis nasional.

Selain bekerja dan mengajar, Stepi juga aktif mengembangkan komunitas literasi dan forum kebijakan publik, bahkan mendirikan kedai kopi intelektual—sebuah ruang di mana mahasiswa, akademisi, dan masyarakat bisa berdiskusi santai tentang isu-isu kebangsaan.
Bagi Stepi, membangun kesadaran nasional tidak selalu harus melalui ruang formal; bisa dimulai dari ruang kecil yang membuka pikiran.

Mewariskan Visi Keamanan yang Inklusif

Dalam setiap forum yang ia hadiri, Stepi selalu membawa pesan yang sama: bahwa masa depan keamanan nasional bergantung pada cara bangsa ini memaknai kata “keamanan” itu sendiri.
Apakah keamanan hanya berarti menutup ancaman, atau juga membuka peluang bagi kesejahteraan dan keadilan sosial?

Ia mendorong paradigma baru—keamanan yang inklusif, di mana intelijen, ekonomi, sosial, dan kebudayaan saling terhubung.
Dalam pandangannya, Indonesia harus menjadi bangsa yang mampu menganalisis sekaligus merangkul, bukan sekadar bertahan dari ancaman.

Kini, pemikirannya mulai banyak dikutip di berbagai forum kebijakan dan jurnal strategis. Ia dianggap sebagai salah satu sosok yang berhasil memperluas definisi intelijen menjadi ilmu multidisiplin.

Keteladanan Intelektual dan Integritas

Kisah Stepi Anriani adalah kisah tentang ketekunan, keberanian intelektual, dan komitmen pada bangsa.
Ia menunjukkan bahwa seorang akademisi dapat menjadi penggerak kebijakan publik, bahwa seorang perempuan dapat memimpin di tengah dunia yang keras, dan bahwa ilmu pengetahuan bisa menjadi senjata paling kuat untuk menjaga kedaulatan negara.

Dari ruang kuliah di Bandung hingga meja rapat di lembaga strategis nasional, Stepi tetap membawa satu hal yang sama: keyakinan bahwa intelijen yang manusiawi adalah kunci untuk masa depan Indonesia yang lebih aman dan berdaulat.

Komentar